Rabu, 01 Juni 2011

Tugas Minggu 13 : MENCARI DATA UTANG LUAR NEGERI INDONESIA SAAT INI

NAMA : Riska Nuari K
KELAS : 1EB18
NPM : 26210035

Jumlah Utang Indonesia Tahun 2011 

     Kementerian Keuangan mencatat total utang pemerintah per 31 Desember 2010 mencapai Rp 1.676 triliun. Laporan Perkembangan Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Edisi Januari 2011 yang diperoleh di Jakarta, Kamis (27/1/2011), mencatat angka tersebut merupakan angka sangat sementara menggunakan patokan kurs Rp 8.991 per dollar Amerika Serikat. Jumlah utang pemerintah pusat senilai Rp 1.676 triliun, terdiri dari utang dalam bentuk pinjaman (luar negeri) senilai 68,04 miliar dollar AS (36,5 persen). Sementara itu, utang dalam bentuk surat berharga negara sebesar 118,39 miliar dollar AS atau Rp 1.064 triliun (63,5 persen). Pinjaman senilai 68,04 miliar dollar AS (Rp 612 triliun) terdiri dari pinjaman bilateral sebesar 41,83 miliar dollar AS, pinjaman multilateral 23,13 miliar dollar AS, pinjaman komersial 3,02 miliar dollar AS, dan pinjaman suppliers 0,06 miliar dollar AS. Sementara itu, surat berharga negara terdiri dari surat berharga negara dalam denominasi valuta asing sebesar 18,02 miliar dollar AS dan dalam denominasi rupiah sebesar 100,37 miliar dollar AS.
Jika dirinci berdasar negara/lembaga kreditornya, pinjaman luar negeri sebesar 68,04 miliar dollar AS yang terdiri dari pinjaman Jepang sebesar 30,49 miliar dollar AS (44,8 persen), Bank Pembangunan Asia 11,15 miliar dollar AS (16,4 persen), Bank Dunia 11,37 miliar dollar AS (16,7 persen), dan lainnya 15,05 miliar dollar AS (22,1 persen).
    Dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2009, posisi utang pemerintah per 31 Desember 2010 menunjukkan kenaikan. Total utang pemerintah pusat per 31 Desember 2009 mencapai Rp 1.590,66 triliun atau 169,22 miliar dollar AS (kurs Rp 9.400 per dollar AS) yang terdiri dari pinjaman sebesar 65,02 miliar dollar AS (Rp 611 triliun) dan surat berharga negara sebesar 104,20 miliar dollar AS (Rp 979 triliun). Penerbitan surat berharga negara selama 2010 terutama di pasar domestik antara lain untuk refinancing utang lama, mengurangi pinjaman luar negeri, dan untuk mengembangkan pasar keuangan domestik. Sementara itu, pinjaman luar negeri pada 2010 naik dibandingkan 2009 terutama karena volatilitas nilai tukar rupiah terhadap berbagai denominasi mata uang dalam pinjaman luar negeri.
    Jakarta - Meskipun pemerintah berencana mengurangi jumlah utang, namun ternyata jumlah utang Indonesia akan meningkat hingga Rp 119,2 triliun di tahun 2011. Utang pemerintah di tahun 2011 diproyeksikan bisa mencapai Rp 1.807,5 triliun, naik Rp 119,2 triliun dari proyeksi utang pemerintah di akhir 2010. Demikian isi Nota Keuangan 2011 yang akan dibahas sebagai RAPBN 2011, seperti dikutip detikFinance, Selasa (24/8/2010). Dalam nota tersebut dikatakan, di 2011 penambahan jumlah utang pemerintah terbesar adalah dari penerbitan surat utang yang direncanakan mencapai Rp 120 triliun. Jumlah outstanding surat utang pemerintah di 2011 diproyeksi mencapai Rp 1.197,1 triliun. Sementara dari sisi utang luar negeri justru diproyeksi turun tipis, yakni Rp 800 miliar. Dari Rp 611,2 triliun di akhir 2010 menjadi Rp 610,4 triliun di akhir 2011.Namun, dalam nota tersebut, pemerintah menilai kondisi utang pemerintah masih baik dengan risiko yang rendah. Dikatakan, kondisi risiko keuangan portofolio utang pemerintah di 2010 semakin membaik dibanding tahun sebelumnya. Disebabkan semakin kondusifnya pasar keuangan khususnya di domestik. Berdasarkan data yang dirilis Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, posisi utang Indonesia hingga Juli 2010 mencapai Rp 1.625,63 triliun atau 26% dari PDB. Secara nominal memang utang Indonesia memang meningkat, namun secara rasio utang mengalami penurunan karena terus meningkatnya PDB sebagai faktor pembagi rasio utang.

Berikut catatan utang pemerintah pusat sejak tahun 2000 berikut rasio utangnya terhadap PDB:
Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun (89%)
Tahun 2001: Rp 1.646,32 triliun (77%)
Tahun 2002: Rp 1.821,83 triliun (67%)
Tahun 2003: Rp 2.013,68 triliun (61%)
Tahun 2004: Rp 2.295,83 triliun (57%)
Tahun 2005: Rp 2.774,28 triliun (47%)
Tahun 2006: Rp 3.339,48 triliun (39%)
Tahun 2007: Rp 3.949,48 triliun (35%)
Tahun 2008: Rp 1.4.954,03 triliun (33%)
Tahun 2009: Rp 1.5613,44 triliun (28%)
Juli 2010    : Rp 1.6253,79 triliun (26%)

Tugas  Minggu ke 12 : Kebijakan-kebijakan ekspor yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangangi kondisi ekonomi saat ini

Nama : Riska Nuari K
Kelas : 1EB18
NPM : 26210035

1 . Teori Perdagangan Internasional
perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Negara memproduksi sebagian kebutuhannya sendiri dan mengekspor kelebihannya, kemudian mengimpor apa yang tidak diproduksinya. perdagangan internasional didasari oleh teori Keuntungan Komparatif (comparative advantage),merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Model Ricardian
Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.
Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal.
Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada termsebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.
Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.

2.Perkembangan Ekspor di Indonesia
Nilai ekspor Indonesia Juli 2009 mencapai US$9,65 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 2,85 persen dibanding ekspor Juni 2009. Sebaliknya bila dibanding Juli 2008 mengalami penurunan sebesar 22,98 persen.
•Ekspor nonmigas Juli 2009 mencapai US$8,18 miliar, naik 3,14 persen dibanding Juni 2009 sedangkan dibanding ekspor Juli 2008 menurun 15,21 persen.
•Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Juli 2009 mencapai US$59,72 miliar atau menurun 27,98 persen dibanding periode yang sama tahun 2008, sementara ekspor nonmigas mencapai US$51,08 miliar atau menurun 20,13 persen.
•Peningkatan ekspor nonmigas terbesar Juli 2009 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$525,6 juta, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada lemak & minyak hewan/nabati sebesar US$130,6 juta.
•Ekspor nonmigas ke Jepang Juli 2009 mencapai angka terbesar yaitu US$974,3 juta, disusul Amerika Serikat US$942,7 juta dan Cina US$691,6 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 31,90 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa ( 27 negara ) sebesar US$1,11 miliar.
•Menurut sektor, ekspor hasil industri periode Januari-Juli 2009 turun sebesar 26,64 persen disbanding periode yang sama tahun 2008, demikian juga ekspor hasil pertanian menurun 11,69 persen, sebaliknya ekspor hasil tambang dan lainnya naik sebesar 19,79 persen.

3.Tingkat Daya saing
Daya saing Indonesia masih dibawah negara-negara tetangga di kawaan Asia Tenggara.Adapun faktor-faktor penyebabnya antara lain:
Menurut World Economic Forum (WEF),yang telah malakukan survey 139 negara,Indonesia berada pada urutan ke 44 dibawah Thailand yang berada di urutan 38,Brunei pada urutan ke 28,Malaysia pada urutan ke 26 dan Singapura pada urutan ke 3 dan berada pada ranking 54 dari 133 negara berdasarkan survei Lembaga World Economic Forum 2010. Ini merupakan akibat dari kurang serasinya hasil pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan dunia kerja.
Oleh karena itu, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Nasional akan mengintervensi kurikulum pendidikan sekolah agar memprioritaskan pelajaran kewirausaahaan agar lulusan sekolah mampu berwirausaha dan membuka lapangan kerja baru. penyebab mengapa Indonesia tatap bercokol pada kelompok negara dengan daya saing ekonomi yang rendah antara lain:
•infrastruktur (social overhead capital).Dalam sebuah survey didapatkan bahwa kondisi jalan di Indonesia berada pada urutan ke 84 dunia,pelabuhan urutan ke 96,listrik urutan ke 97,sangat tertinggal kalau kita bandingkan lagi dengan negara asia tenggara yaitu Malaysia urutan ke 30,Thailand urutan ke 23 dan singapura berada pada urutan ke 5.Dengan kualitas yang demikian akan melemahkan dorongan untuk berusaha atau memperluas usaha dan juga dapat menghambat investor asing tidak tertarik melakukan investasi langsung.Mereka lebih tertarik berinvestasi dalam bentuk portofolio,seperti Surat Utang Negara (SUN).Sekarang ini,arus modal asing melalui pembelian SUN sebesar Rp 178,5 trilliun.Tetapi modal ini sulit dipergunakan membiayai sektor riil karena merupakan hot money,dan sebaliknya dapat menyebabkan bencana apabila sewaktu-waktu penanam modal menarik modalnya.
•Kedua,birokrasi pemerintah.Birokrasi pemerintah sampai saat ini masih belum effisien.Pengurusan ijin-ijin usaha dan ijin lainya memerlukan waktu yang lama dan harus melalui mata rantai yang panjang dan masih disertai pungutan-pungutan yang tidak semestinya.
•Ketiga,kepastian hukum.Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi semangat berusaha dan berkompetisi adalah kepastian hukum.Iklim usaha yang baik dan semangat bersaing yang fair hanya dapat dilakukan apabila negara menjamin tegaknya supremasi hukum (rule of law).
•Keempat,korupsi.Untuk negara negara ASEAN,Indonesia masih termasuk negara terkorup.Korupsi di Indonesia sudah masuk pada semua tingkat birokrasi,dari tingkat paling atas sampai ke tingkat paling bawah.
•Kelima,kualitas sumber daya manusia.Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah.Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat pendidikan yang rendah.Tingkat pendidikan tersebut akan berakibat pada rendahnya tingkat produktivitas yang rendah pula.Faktor lain yang menkadi penyebab adalah tingkat kesehatan,karena tingkat ekonomi yang rendah dan biaya pengobatan yang mahal.

Tugas Minggu 9 : Mencari data statistik PDB tahun-tahun mutahir berdasarkan sektor dan dibandingkan peran sektor industri dengan sektor lainnya

Nama : Riska Nuari K
Kelas : 1EB18
NPM : 26210035

Data Statistik PDB Tahun Mutahir Berdasarkan Sektor dan Bandingankan Peran Sektor Industri dengan Sektor Lainnya

1. Konsep dan tujuan industialisasi

Konsep industrialisasi berawal dari revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris, yang ditandai dengan penemuan metode baru untuk permintalan, dan penemuan kapas yanng mencipatakan spesialisasi dalam produksi, seta peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang digunakan.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri. 
2) Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3) Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian. 
4) Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5) Meningkatkan kemampuan teknologi.
6) Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7) Meningkatkan penyebaran industri.

Faktor-faktor pendorong industrialisas :

a) Kemampuan teknologi dan inovasi
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.

Perkembangan sektor industri manufaktur nasional

Sesuai sifat lamiah dari prosesnya, industri dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu industri primer atau hulu yang mengolah output dari sektor pertambangan manjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap-tahap selanjutnya, dan industri sekkunder atau industri manufaktur yang terdiri dari industri tengah yang membuat barang-barang modal, barang-barang stengah jadi dan alat-alat produksi, serta industri hilir yang membuat barang-barang jadi yanng kebanyakan adalah barang-barang konsumen rumah tangga.

Dampak serta peran industrialisasi 

Dampak positif industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan. Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber alam yang langsung digali atau dimanfaatkan. 
Peranan sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk domestik bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar 19%. (Hartanto, 1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian (LPE-IBII, 2002).

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**
3. Industri Pengolahan 644,342.6 760,361.3 919,539.3 1,068,653.9 1,380,713.1 1,480,905.4
a. Industri Migas 94,263.4 138,440.9 172,094.9 182,324.3 242,043.0 213,706.5
1). Pengilangan Miyak Bumi 59,062.0 89,629.6 117,952.2 122,118.3 148,564.3 132,145.0
2). Gas Alam Cair (LNG) 35,201.4 48,811.3 54,142.7 60,206.0 93,478.7 81,561.5
b. Industri Bukan Migas 550,079.2 621,920.4 747,444.4 886,329.6 1,138,670.1 1,267,198.9
1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 163,553.7 177,753.1 212,738.0 264,100.5 346,185.6 420,629.2
2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 71,474.1 77,087.2 90,116.5 93,598.4 104,829.7 116,482.8
3). Industri Kayu dan Produk Lainnya 31,225.9 35,247.5 44,602.6 54,880.9 73,196.2 80,134.5
4). Industri Produk Kertas dan Percetakan 31,036.3 33,898.8 39,637.0 45,403.1 51,912.3 61,110.4
5). Industri Produk Ppuk, Kimia dan Karet 64,012.6 76,213.6 94,078.8 110,769.6 154,117.2 162,658.1
6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam 21,588.3 24,589.1 29,013.3 32,814.3 40,178.7 43,482.2
7). Industri Logam Dasar Besi dan Baja 16,154.6 18,382.7 20,687.0 22,907.7 29,213.1 26,732.6
8). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi 145,971.3 172,957.1 209,460.1 254,278.4 329,911.7 346,157.3
9). Produk Industri Pengolahan Lainnya 5,062.4 5,791.3 7,111.1 7,576.7 9,125.6 9,811.8


 Tugas Minggu 8 : Mencari data statistik PDB tahun-tahun mutahir berdasarkan sektor dan dibandingkan peran sektor pertanian dengan sektor lainnya

Nama    :Riska Nuari K 
Kelas    :1EB18
NPM    :26210035

 Sektor pertanian di Indonesia:
     Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
    Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.

Nilai tukar pertanian:
     Sektor pertanian merupakan sektor utama pendorong pertumbuhan ekonomi, khsusunya di Provinsi Nsua Tenggara Timur. Untuk melihat keberhasilan pembangunan sektor pertanian maka selain data tentang pertumbuhan ekonomi juga diperlukan data pengukur tingkat kesejahteraan penduduk khususnya petani. Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk melihat kesejahteraan petani adalah indeks nilai tukar petani (NTP). Indeks NTP ini mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dubutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi barang dan jasa untuk keperluan rumah tangga.
Beberapa fungsi atau kegunaan nilai tukar petani antara lain:
1. Berdasarkan sektor konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar petani, dapat dilihat fluktusi  harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat.
2. Berdasarkan indeks harga yang diterima petani dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini dipakai sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
3. Nilai tukar petani berguna untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. Dengan demikian NTP dapat dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai kesejahteraan petani.

Akurasi Data Statistik Dorong Masuknya Investasi
    Akurasi data pertumbuhan ekonomi yang tersaji dalam laporan rutin Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi acuan investor untuk menanamkan modal di Tanah Air. 
Untuk mendorong masuknya investasi dalam dan luar negeri, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjalin kerjasama dengan BPS pertukaran data dan informasi statistik penanaman modal.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan mengatakan, kerja sama itu mengupayakan agar data statistik penanaman modal dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kegiatan penanaman modal di Indonesia.
"Kerja sama tersebut meliputi hal-hal menyangkut statistik penanaman modal mulai dari pemetaan konsep statistik penanaman modal, sinkronisasi data statistik, pengumpulan data dan informasi, evaluasi data dan informasi hingga peningkatan kapasitas SDM di bidang statistik penanaman modal. Bersama BPS, kami bisa melakukan pengumpulan data secara sistematis, pertukaran serta evaluasi data secara kolektif," kata Gita pada acara penandatanganan nota kespahaman (memorandum of understanding/MoU) BKPM dengan BPS di Jakarta, akhir pekan lalu. Menurut Gita, Saat ini terdapat empat jenis data statistik kegiatan penanaman modal yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dari statistik Produk Domestik Bruto (PDB) yang disusun BPS.
     Selanjutnya, perkembangan rencana dan realisasi penanaman modal yang disusun BKPM, foreign direct investment (investasi asing langsung) bagian dari statistik neraca pembayaran yang disusun oleh Bank Indonesia dan Statistik kegiatan investasi portofolio yang disusun Bursa Efek Indonesia, serta statistik kegiatan penanaman modal dari sudut tertentu sesuai dengan fungsi yang diemban masing-masing lembaga.
"Upaya menselaraskan data realisais investasi dengan PMTB telah mulai dilakukan BKPM dengan mengganti statistik realisasi penanaman modal yang semula bersumber dari Izin Usaha menjadi data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)," ujar Gita.
Sementara itu, Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, BPS sangat membutuhkan data BKPM untuk penyusunan informasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) periode triwulanan maupun tahunan. Data BKPM tersebut, juga sebagai bahan penyusunan PMTB untung penghitungan komponen PDB. "Kerja sama ini juga dapat menjadi ukuran kualitas PMTB dikaitkan dengan investasi, baik yang dilakukan pemerintah maupun investasi swasta. Pada 2011 BKPM menargetkan investasi masuk hingga Rp 240 triliun, meningkat 15 persen dibanding realisasi investasi 2010," kata Rusman. (Jaz/OL-3)

 Sektor pertanian di Indonesia:
     Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
     Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan. 

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 329,124.6 364,169.3 433,223.4 541,931.5 716,065.3 858,252.0
a. Tanaman Bahan Makanan 165,558.2 181,331.6 214,346.3 265,090.9 349,795.0 418,963.9
b. Tanaman Perkebunan 49,630.9 56,433.7 63,401.4 81,664.0 105,969.3 112,522.1
c. Peternakan 40,634.7 44,202.9 51,074.7 61,325.2 82,676.4 104,040.0
d. Kehutanan 20,290.0 22,561.8 30,065.7 36,154.1 40,375.1 44,952.1
e. Perikanan 53,010.8 59,639.3 74,335.3 97,697.3 137,249.5 177,773.9

 Investasi di sektor pertanian:
    Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan alasan. Pertama, Indonesia merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sekto r-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan.
    Kedua, menurut proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008-2015. Kondisi ini merupakan tantangan berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar) khususnya yang terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Ketiga, sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting. Keempat, sektor pertanian memiliki karakteristik yang unik khususnya dalam hal ketahanan sektor ini terhadap guncangan stru ktural dari perekonomian makro. Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya kebijakan -kebijakan negara berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, serta kebijakan perdagangan tidak mengabaikan potensi sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya sektor pertanian dengan menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk memulihkan dan membangun kembali ekonomi Indonesia. Salah satu tantangan utama dalam menggerakan kinerja dan memanfaatkan sektor pertanian ini adalah modal atau investasi. Pengembangan investasi di sektor pertanian diperlukan untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani, serta pengembangan wilayah khususnya wilayah perdesaan.
Tugas Minggu 5/6 : Tingkat Kemiskinan dan Pendapatan perkapita Indonesia saat ini   dengan Negara Asean

Nama : Riska Nuari K
Kelas : 1 EB 18
NPM : 26210035

Kemiskinan Di Indonesia
 Bali - Kenaikan harga pangan di dalam negeri diprediksi akan mempersulit upaya pemerintah dalam upaya menurunkan angka kemiskinan. Target pertumbuhan secara gradual dipatok dalam kisaran 5%-7% sulit terwujud bila tak melibatkan masyarakat seutuhnya. Karena itu, angka kemiskinan Indonesia pada 2014 yang ditargetkan dalam rentang 8%-9% sulit tercapai, sementara saat ini angka kemiskinan berada di level 14%.
      Menurut ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan, target lersebut sulit tercapai. Pasalnya, ancaman inflasi akibat fluktuasi harga pangan akan terus terjadi sejalan dengan pemulihan ekonomi. "Sayaragu dengan target kemiskinan 2014 bisa mencapai 8-9%. Karena dampak kenaikan harga bahan pangan pokok sangat mempengaruhi," ujarnya saat ditemui disela-sela rapat kerja Presiden SBY dengan Kepala Daerah se-Indonesia, bersama para pelaku usaha di Istana Tampaksiring, Bali, Senin (19/4).
      Selain itu, lanjut Anton, dampak pemulihan ekonomi global juga diperkirakan mempengaruhi tingkat inflasi Indonesia. Sehingga, berpotensi mendongkrak harga bahan pangan yang menjadi bagian perhitungan angka kemiskinan Indonesia. "Karena itu, pemerintah harus mewaspadai terjadinya peningkatan inflasi tersebut. Yang pasti, angka kemiskinan sulit mencapai target tersebut,"tegas dia.Menanggapi hal itu, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dipastikan akan terus menjaga agar inflasi tetap terjaga di level 4%-6% hingga 2014. Dalam hal ini tentu saja dampak pemulihan ekonomi global yang akan meningkatkan inflasi Indonesia terus diwaspadai dan diantisipai sehingga secara pasti tidak akan menaikkan harga-harga bahan pangan domestik. "Intinya, berbagai program stabilitasi harga pangan akan terus dikembangkan pemerintah," ujarnya.Tentang upaya penurunan angka kemiskinan 2014, Armida optimistis dapat mencapai target 8%-10%. Apalagi, selama ini pemerintah telah menjalankan berbagai program-program kemiskinan, seperti bantuan operasional sekolah (BOS), program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), beras rakyat miskin (raskin), dan program keluarga harapan (PKH). Menurut dia, semua program kemiskinan itu akan diteruskan hingga tahun 2014 mendatang. Sebab, dampak kenaikan harga pangan sangat terkait dengan masyarakat miskin. Karena itu, berbagai program tersebut dipastikan dapat menjaga daya beli mereka. "Pemerintah akan tetap mengcover hingga tahun 2014, semua masyarakat miskin yang dalam perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) saat pemberian bantuan langsung tunai (BLT) yang lalu, sebanyak 17,5 juta keluarga miskin," kata dia.Sementara itu, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Ham Sarundajang menilai, pelaksanaan program-program kemiskinan pemerintah sudah on the track. Apalagi, secara riil terlihat hasil signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Karena itu, pemerintah diharapkan tetap melanjutkan program kemiskinan secara lebih fokus dan efektif dalam mencapai target 8%-10% pada 2014.
       Secara khusus di Sulawesi Utara, Sinyo menargetkan, akan mencapai angka kemiskinan sekitar 7% pada 2014, dari posisi saat ini yang mencapai 1 )ptimisme itu, jelasnya, dapat terlihat dari hasilsignifikan program kemiskinan pemer mt.ih daerah khususnya yang mendorong perekonomian daerah melalui program pm i.ik. n (engan mencapai kemiskinan 7% pada 2014, maka saya pastikan program kemiskinan yang kami jalankan, sudah on the track dan menyentuh rakyat miskin secara langsung," tegasnya.Sementara, Ketua Him punan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa menilai, target penurunan angka kemiskinan di level 8%-9% pada 2014 dapat terwujud."Semua program pemerintah terlihat ba apalagi dalam rapat nu melibatkan Pemda dalam menyusun kebijakan percepatan penuntasan ke iniskinaii,"

Pendapatan perkapita di Indonesia
      Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pendapatan per kapita penduduk Indonesia di 2010 lalu bakalan naik menjadi US$ 3.000, dari US$ 2.590,1 di 2009.
Demikian disampaikan oleh Kepala BPS Rusman Heriawan saat jumpa pers di kantornya, Jalan DR Soetomo, Jakarta, Senin (3/1/2011).“Pendapatan per kapita pada tahun 2010 yang pasti akan mencapai US$ 3.000 per kapita,” ujarnya.Dalam kesempatan tersebut, Rusman mengatakan saat ini kesenjangan antara kekayaan dengan pendapatan (koefisien gini) penduduk di Indonesia hanya 0,33. Angka ini menurun jika dibandingkan tahun 2007 yaitu 0,37.“Dari 0,37 di 2007 sekarang sudah 0,33 itu sejalan dengan meningkatnya perbaikan pendapatan di golongan menengah,” tandasnya.Koefisien gini digunakan untuk mengukur kesenjangan antara kekayaan dan pendapatan. Gini ratio ini bervariasi di seluruh dunia dengan kisaran antara 0,25-0,7.
Data Pendapatan Perkapita Indonesia di Negara ASEAN
        Pendapatan per kapita dilaksanakan lebih agresif di negara pendapatan perkapitanya rendah, semakin .. ke 111 dari 177 negara. Dari Negara – Negara ASEANpertumbuhan ekonomi serta pendapatan per kapita yang Di negara yang tingkat GNP dan pendapatan perkapitanya rendah, semakin .. Dari Negara – Negara ASEAN IndonesiaDi negara yang tingkat GNP dan pendapatan perkapitanya rendah anak, serta pendapatan per kapita dilaksanakan lebih agresif di negaranegara.. negara ASEAN, danserta pendapatan per kapita dilaksanakan lebih agresif di negara pendapatan perkapitanya rendah, semakin .. ke 111 dari 177 negara. Dari Negara – Negara ASEANtabel pendapatan perkapita negara asean tahun pendapatan perkapitanya negaranegara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina; serta Pendapatan riil dan dengan pendapatan sebesar itu, negara Indonesia telah mampu punya pendapatan perkapita segitu negara tetangga berapa ya pendapatan perkapitanya?Laporan Perkembangan Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian produk domestik bruto negara asean dilihat dari imf, sejarah negara belanda vs indonesia,negara lain, perbandingan pendapatan perkapita dan pdb indonesia dengan negara asean negara lain tahun 2008, persamaan indonesia dan malaysia,serta pendapatan perkapitanya,Mengapakah bagi sesetengah negara anggota ASEAN mengalami pendapatan perkapitanya yang rendah berdasarkan Ekonomi Menteri Kewangan Negara −Negara ASEAN, 1996) Bila pendapatan nasional lebih dari 10.000 US$ Negara tersebut Diskusikan, mengapa negaranegara berkembang pendapatan perkapitanya rendah.

TUGAS MINGGU 4: Mencari data pertumbuhan ekonomi pemerintahan berjalan di BPS atau browsing melalui internet.

Nama : Riska Nuari Karmila
Kelas : 1EB18
Npm         : 26210035

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode 2000-2010 lebih tinggi dibanding periode 1990-2000.
“Laju pertumbuhan penduduk 2000-2010 mencapai 1,49 persen atau lebih tinggi dibanding periode 1990-2000 yang hanya mencapai 1,45 persen,” jumlah penduduk Indonesia pada 2010 mencapai 237,56 juta orang yang terdiri dari 119,51 juta orang laki-laki dan 118,05 juta orang perempuan. “Sex ratio mencapai 101 artinya jumlah laki-laki satu persen lebih banyak dari perempuan,” kata Suryami . Didalam distribusi penduduk belum merata karena masih terkonsentrasi di Jawa dan Madura yang mencapai 57 persen. Hasil Sensus Penduduk 2010 menempatkan posisi Indonesia di urutan keempat dalam jumlah penduduk setelah China, India, dan USA.
   BPS mencatat bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia dalam 20 tahun terakhir sudah mengalami penurunan namun pada 2000-2010 ada kecenderungan naik.Laju pertumbuhan penduduk pada 1930-1961 mencapai 2,15 persen, pada 1961-1971 mencapai 2,13 persen, 1971-1980 mencapai 2,32 persen, dan tahun 1980-1990 mencapai 1,97 persen.Berdasar Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Propinsi NAD mencapai 4,48 juta orang, Sumut 12,98 juta orang, Sumbar 4,84 juta orang, Riau 5,54 juta,Jambi 3,09 juta, Sumsel 7,45 juta, Bengkulu 1,72 juta, Lampung 7,6 juta, Kep. Babel 1,22 juta, Kepri 1,69 juta. Kemudian DKI Jakarta 9,59 juta, Jabar 43,02 juta, Jateng 32,38 juta,Yogyakarta 3,46 juta, Jatim 37,48 juta, Banten 10,64 juta, Bali 3,89 juta, NTB4,5 juta, NTT 4,68 juta, Kalbar 4,39 juta, Kalteng 2,2 juta, Kalsel 3,63 juta, danKaltim 3,55 juta orang. Jumlah penduduk Sulut 2,27 juta, Sulteng 2,63 juta, Sulsel 8,03 juta, Sultera2,23 juta, Gorontalo 1,04 juta, Sulbar 1,16 juta, Maluku 1,53 juta, Malut 1,04 juta, Papua Barat 0,76 juta, dan Papua 2,85 juta orang. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi pada periode 2000-2010 tercatat di Papuayang mencapai 5,46 persen dan terendah di Jawa Tengah yang hanya 0,37